Setiap anak mengembangkan kemampuan Matematika sejak lahir, mereka memperkirakan jarak antara dirinya dengan mainan, meneliti identitas orang-orang di sekitarnya, membedakan besar dan kecil, dan sebagainya. Namun dalam perkembangannya, ada anak yang kemudian menjadi malas ketika berhadapan dengan pelajaran Matematika.
Seringkali hal tersebut membuat orang tua jengkel dan marah, tapi tahukah Bapak/Ibu, kalau marah ternyata bukan cara yang efektif agar anak mau belajar Matematika? Marah tidak hanya pada perkembangan anak tapi juga pada hubungan orang tua dengan anak. Apa saja akibatnya kalau kita memarahi anak? Simak penjelasannya berikut ini.
1. Menularkan Emosi Negatif
Sudah diketahui bahwa marah termasuk ke dalam bentuk emosi negatif. Orang tua secara tidak sadar menularkan emosi negatif tersebut saat memarahi anak, sehingga anak juga secara tidak sadar akan merasakan emosi yang sama.
Psikolog Daniel Goleman menyatakan kemampuan kognitif seseorang ditentukan oleh kondisi emosinya. Saat kondisi emosi anak menjadi tidak baik akibat dimarahi, kemampuan kognitifnya akan terpengaruh. Boleh jadi anak tidak mau belajar Matematika bukan karena kemampuan kognitifnya yang bermasalah, tapi karena emosinya terganggu.
2. Tidak Menjawab Kebutuhan Anak
Anak tidak bisa mengerjakan Matematika bukan berarti karena ia malas, mungkin saat itu ia sedang membutuhkan bantuan. Di saat seperti itu, lebih baik tanyakan apa kesulitannya dan bantu ia mengatasi kesulitan tersebut.
Marah tidak akan menyelesaikan kesulitan yang dihadapi anak, tidak juga menjawab kebutuhan anak. Memarahi anak lebih sering justru akan membuatnya semakin menghindar dari Matematika karena ‘strategi bertahan’-nya semakin lama semakin habis.
Baca Juga: Ingin Anak Suka Matematika? Hindari Hal-Hal Berikut Ini!
3. Membuat Anak Frustrasi
Saat dimarahi, anak akan merasa dirinya gagal. Jika anak dimarahi secara berulang, ia akan merasa gagal berkali-kali pula. Perasaan gagal berkali-kali inilah yang membuatnya menyerah dan akhirnya kita menyebutnya malas.
Alih-alih memarahi, lebih baik observasi apa kesulitannya. Apakah karena soal yang diberikan terlalu sulit? Atau karena ia belum memahami beberapa simbol? Orang tua bisa bekerja sama dengan anak dalam mengatasi kesulitan tersebut. Saat kesulitan dapat diatasi, anak akan merasa mampu. Perasaan mampu akan membuat anak lebih termotivasi untuk belajar.
4. Menjauhkan Anak dengan Orang Tua
Marahnya orang tua memberikan citra yang kurang baik di hadapan anak. Memarahi anak akan membuatnya kurang percaya diri dan takut berbuat salah, padahal kesalahan adalah hal yang wajar dilakukan saat belajar Matematika. Ada nilai koreksi diri yang dapat dipelajari oleh anak.
Saat dimarahi, anak juga akan merasa dirinya tidak dipercaya dan mengecewakan. Lama-lama, ia tidak hanya menghindar dari Matematika, tapi juga dari orang tua.
Anak-anak lebih mengutamakan proses, berbeda dengan orang dewasa yang mengutamakan hasil. Pada dasarnya, tidak ada anak yang malas, mereka hanya membutuhkan dukungan dari orang dewasa di sekitarnya untuk menjalani proses belajar tersebut. Dukungan yang cukup akan membuat anak mengerti manfaat dari belajar Matematika.