Matematika, mata pelajaran penting yang selalu ada di setiap jenjang pendidikan. Karena pentingnya, kita sebagai orang tua pasti menginginkan anak mahir ber-Matematika. Berbagai strategi pembelajaran diterapkan agar anak rajin belajar Matematika. Namun terkadang, yang terjadi justru sebaliknya, anak malah menolak belajar Matematika.
Berbagai alasan pun muncul, dari mulai pusing dengan soal-soalnya, tidak mengerti, sampai bosan. Saat anak menolak belajar Matematika, mungkin memang strategi pembelajarannya yang kurang tepat. Sebab ternyata, beberapa cara belajar Matematika seperti ini tidak disukai anak, lho:
Diawali dengan Pemaksaan
Matematika memang penting untuk dikuasai, tapi bukan berarti anak harus dipaksa agar belajar. Contohnya, kalau tidak belajar Matematika, nanti anak akan dihukum, atau kalau mau bermain harus belajar Matematika dulu. Sebenarnya, tanpa dipaksakan pun Matematika sudah ada dalam kehidupan sehari-hari.
Vibrasi adalah kunci dari keberminatan anak belajar Matematika, apakah ia ingin belajar lebih banyak atau malah berhenti. Awali pembelajaran Matematika dengan menyenangkan. Mulailah dengan mengajak anak ikut ke pasar untuk membeli barang, atau membagi kue yang baru saja dibeli. Anak tidak bisa dipaksa belajar, tapi kita bisa menunjukkan kalau Matematika ada di kehidupan sehari-hari.
Hanya Ada Cara Tunggal
Jika anak mengerjakan soal dengan caranya sendiri, jangan hentikan dia apalagi memintanya untuk mengerjakan soal dengan cara yang diajarkan di sekolah saja. Matematika memang harus bersifat majemuk dan memang seharusnya mengajarkan anak untuk berpikir kreatif. Itulah sarananya untuk berlatih melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.
Perbedaan dan perubahan sudut pandang adalah hal yang sangat wajar terjadi dan justru diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan.
Tidak Kontekstual
Pernahkah anak menolak belajar Matematika kemudian ia berkata bahwa ia bosan, atau ia mengeluh bahwa Matematika hanya terdiri dari soal-soal saja? Itu mungkin karena soal-soal yang diberikan tidak ada hubungannya dengan keadaan sehari-hari. Padahal, Matematika seharusnya mengajarkan logika berpikir untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Matematika haruslah menjawab kebutuhan anak. Ketika yang dibutuhkannya adalah kesiapan untuk menghadapi kehidupan, maka tawarkanlah Matematika yang terkoneksi dengan permasalahan sehari-hari.
Hanya Fokus pada Lembar Kerja
Matematika lebih dari sekadar menyelesaikan soal-soal. Matematika adalah bagaimana kita menganalisis suatu masalah, membangun sudut pandang, dan menerapkan suatu cara untuk memecahkannya. Kemampuan itu hanya ada pada diri anak jika pemahaman konsepnya sudah matang. Lembar kerja diberikan setelah anak memahami konsep, dan konsep dipelajari melalui eksplorasi dengan material konkret.
Matematika bukanlah perlombaan. Yang terpenting bukan seberapa cepat anak bisa mengerjakan soal, tetapi bagaimana caranya agar ia menyukai Matematika dan selalu ingin terus belajar. Bagaimana, sudah tepatkah cara belajar Matematika yang kita berikan?
Baca Juga:
Ini Cara Membuat Matematika Jadi Mudah untuk Si Kecil
Seperti Apakah Pendidikan Matematika yang Lebih Baik Itu?