Anak adalah individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara pesat. Setiap tahap pertumbuhan dan perkembangan pun memiliki karakteristik tertentu. Secara garis besar, usia anak dibagi menjadi dua kelompok, yakni usia dini (0-6 tahun) dan usia sekolah dasar (7-12 tahun).
Perbedaan karakteristik itu pun menyebabkan perbedaan pula dalam cara belajarnya. Anak usia dini berada dalam tahap sensorimotor (0-2 tahun) dan praoperasional (2-6 tahun), sedangkan anak usia sekolah dasar sudah memasuki tahap operasional konkret. Memangnya, apa saja sih karakteristik pada tahap yang dilewati anak usia dini itu?
Karakteristik Tahap Sensorimotor dan Praoperasional
Pada tahap sensorimotor, anak memiliki kemampuan untuk menangkap segala sesuatu melalui inderanya. Anak masih fokus pada pengalaman sensoris dan gerak. Walaupun tidak terlihat seperti Matematika, gerakan-gerakan yang dilakukan sebenarnya merupakan latihan kepekaan jarak dan arah.
Sedangkan pada tahap praoperasional, anak sudah mulai bisa memahami gradasi, membuat beragam keterhubungan, dan melatih estimasi. Anak-anak juga sudah mulai mengembangkan ide-idenya sendiri, namun idenya masih sederhana dan cara berpikirnya belum sistematis.
Baca Juga: Kenali Tahapan Perkembangan Matematika Berdasarkan Usia Anak
Lalu dengan karakteristik tersebut, bagaimana sesungguhnya anak usia dini mempelajari Matematika? Anak usia dini mempelajari Matematika dengan caranya sendiri, yaitu melalui aktivitas konkret dan multisensori. Untuk lebih jelasnya, mari simak beberapa ciri khas anak usia dini dalam mempelajari Matematika berikut ini:
Bersifat Non-formal
Anak usia dini mempelajari Matematika melalui aktivitas non-formal, maka tidak jarang orang dewasa melihatnya seperti main-main saja. Padahal lewat bermain itulah, anak-anak usia dini memenuhi segala keingintahuannya. Semua kegiatan eksploratif yang dilakukannya adalah proses belajar yang sangat efektif.
Bermain puzzle, meronce, menyusun balok, dan mengelompokkan mainan adalah beberapa aktivitas ‘bermain’ yang melatih mathematical mind-nya.
Ada Proses Re-naming
Pernahkah Bapak/Ibu bertanya-tanya bagaimana anak-anak usia dini bisa memahami kuantitas 1-10? Hal itu mereka lakukan melalui proses re-naming. Maksudnya, anak memahami arti ‘satu’ setelah melihatnya sebagai unit terkecil dari gradasi 1-10. Proses re-naming ini akan menjadi lebih bermakna jika dialami secara konkret.
Maka dari itu, penting bagi kita untuk memfasilitasi mereka dengan material konkret yang dapat merepresentasikan gradasi tersebut secara presisi dan akurat.
Perhatiannya Masih Pendek
Salah satu ciri dari anak usia dini adalah mereka belum mampu menumpukan perhatian untuk waktu yang lama. Selain itu, working memory-nya pun masih relatif pendek. Oleh karena itu, anak-anak usia dini membutuhkan pembelajaran Matematika yang individual. Informasi yang disampaikan melalui cara pembelajaran konvensional sangat mungkin hanya ditangkap dan diingat sebagian saja, berbeda jika pembelajaran disampaikan secara individual.
Melihat ciri-ciri khas tersebut, pendidikan Matematika pada anak usia dini harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak, bersifat individual, dan menyenangkan. Jika pembelajaran Matematika diawali dengan cara yang tepat, maka anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mencintai Matematika.