Fondasi Matematika adalah landasan bagi perkembangan selanjutnya. Fondasi Matematika akan memudahkan anak dalam mempelajari Matematika. Jika fondasi ini sudah kuat, anak akan memiliki pemikiran yang lebih terkonsep, lebih cermat, dan lebih mampu menentukan pemecahan suatu masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, ada sebagian anak yang masih merasa kesulitan menemukan hubungan antara Matematika dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat disebabkan oleh belum kuatnya fondasi tersebut. Beberapa tanda belum kuatnya fondasi Matematika pada anak bisa dilihat dari belum dikuasainya keempat hal ini:
1. Presisi
Presisi adalah hal yang tidak bisa diabaikan dalam Matematika. Setiap simbol merepresentasikan nilai yang berbeda dengan simbol lainnya walaupun perbedaan itu hanya 0,1. Dalam pelajaran Matematika, seringkali ada anak yang mengalami kesulitan dan mendapat nilai jelek, kita sering menyebutnya ‘ceroboh’. Padahal, yang terjadi sesungguhnya adalah anak tersebut sering melakukan kesalahan hitung karena tidak terbiasa bekerja secara presisi sejak usia dini.
Contohnya, ketika anak diminta untuk menjumlahkan 10 + 5 dan ia menuliskan hasilnya 16, hasil tersebut akan dikatakan salah walaupun bedanya hanya 1. Saat anak tidak mampu presisi, itu berarti ada konsep yang belum dikuasai, bukan karena ia ceroboh.
Baca Juga: Mana yang Harus Lebih Dulu Dikuasai dalam Matematika, Konsep atau Hafalan?
2. Akurasi
Matematika adalah bahasa yang mendefinisikan sebuah fenomena dengan jelas, cermat, dan akurat, sehingga Matematika tidak bisa lepas dari akurasi. Dalam Matematika, akurasi mengacu pada seberapa dekat hasil hitungan dengan nilai sebenarnya. Urutan 1-10 pun memiliki perbedaan yang akurat pada setiap nilainya.
Akurasi penting dalam Matematika karena sekecil apapun kesalahan akan menyebabkan kesulitan lainnya. Setiap penyelesaian masalah dalam hidup pun membutuhkan ketepatan agar tidak menimbulkan masalah baru. Anak-anak dengan kemampuan akurasi yang kurang baik biasanya akan kedapatan melakukan ‘salah hitung’.
3. Gradasi
Gradasi merupakan dasar bagi sistem Matematika yang kita kenal saat ini. Gradasi menunjukkan bahwa angka 1-10 jika diurutkan memiliki peningkatan yang teratur, di mana angka berikutnya memiliki kuantitas lebih besar ‘satu’ dibandingkan angka sebelumnya.
Dari gradasi itu pulalah anak memahami bahwa ‘satu’ adalah satuan—panjang, ukuran, jumlah, atau apapun itu—yang paling kecil. Tanpa memahami gradasi, anak akan kesulitan memahami ‘kuantitas’.
4. Korespondensi Satu-Satu
Korespondensi satu-satu adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota himpunan A tepat dengan satu anggota himpunan B dan sebaliknya. Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah memasang kancing. Setiap kancing memiliki pasangan tepat satu lubang kancing, dan jika kancing dimasukkan ke lubang yang bukan pasangannya, maka pakaian menjadi “tidak benar”. Itu artinya, relasi antara kancing dengan lubang kancing adalah korespondensi satu-satu.
Korespondensi satu-satu penting dikuasai karena berkaitan dengan pemahaman anak bahwa suatu simbol mewakili sejumlah objek tertentu (kuantitas) Misalnya, anak bisa memasangkan simbol ‘5’ dengan lima buah benda.
Fondasi Matematika perlu diobservasi dan diperkuat sejak usia dini. Namun, bukan dengan memperbanyak worksheet, melainkan dengan memberi lebih banyak kesempatan pada anak untuk bereksplorasi guna memperoleh banyak pengalaman sensorik. Sebab dari pengalaman sensorik itulah anak anak membentuk berbagai konsep Matematika.
Ingin tahu cara-cara memperkuat fondasi Matematika anak? Temukan penjelasannya dalam buku “Mahir Matematika”. Solusi praktis ber-Matematika untuk Anak Usia Dini.
Pre-order bukunya sekarang!