Mengajak Anak Belajar Matematika Tidak Perlu Memarahi, Seperti Ini Caranya

Matematika adalah ilmu yang perlu dipelajari secara konsisten, tetapi ada kalanya anak tidak mau belajar Matematika karena alasan tertentu. Jika anak tidak mau belajar, maka harus dicari tahu penyebabnya. Mungkin Bapak/Ibu terkadang menjadi tidak sabar dibuatnya dan marah, tapi pembelajaran Matematika tidak seharusnya berlangsung dengan rasa marah dan kesal.

Bapak/Ibu bisa menerapkan disiplin positif dalam mengajarkan Matematika. Cara apa saja cara yang bisa diterapkan dalam disiplin positif? Ini penjelasannya:

Buat Solusi Bersama

Belajar Matematika tidak terlepas dari kegiatan menulis. Ketika anak menolak belajar karena enggan menulis, kita bisa memberikan pertanyaan, “Kamu tidak mau menulis menggunakan pensil? Baiklah, bisakah kita menggantinya dengan kayu dan pasir?” Biarkan anak menjawab dan setujui jawabannya sebagai solusi. Dengan begitu, anak akan tetap menulis dan mulai belajar.

Buat Daftar Periksa (Checklist)

Alih-alih menyuruh anak belajar setiap kali waktu belajar tiba, cobalah untuk membuat daftar kegiatan harian berbentuk checklist. Daftar periksa bisa menjadi pengingat anak agar konsisten belajar tanpa diingatkan orang tua. Selain menjadi pengingat untuk belajar, daftar periksa juga membuat kegiatan lainnya dapat dikerjakan dengan lebih terstruktur. Daftar periksa bisa dibuat semenarik mungkin dengan kombinasi tulisan dan gambar.

Berikan Dua Pilihan tapi Satu Tujuan

Cara ini bisa diterapkan ketika anak bersikeras dengan kegiatan pilihannya sendiri padahal waktunya belajar sudah tiba. Kita bisa memberikan dua pilihan namun tujuannya tetap sama, “Sekarang waktunya belajar. Kamu mau berhitung ditemani Ibu atau Ayah?” atau, “Kita mau menggunakan material ini di atas meja atau di atas alas kerja?”

Dengan begitu, pilihan mengerucut pada satu tujuan, yaitu belajar. Anak tinggal memilih situasi belajar yang disukainya saja, apakah ditemani Ibu atau Ayah, apakah di meja atau di alas kerja.

Tunjukkan, Bukan Katakan

Anak adalah peniru ulung, maka cara terbaik untuk mengajak anak belajar adalah dengan menunjukkannya, dan cara untuk menunjukkan adalah dengan melakukannya. Ini perlu diawali dari diri sendiri. Kita tidak bisa meminta anak menyukai Matematika jika kita masih merasa enggan dengan Matematika.

Keengganan akan ter-vibrasi pada anak-anak, ini juga yang akan memengaruhi keinginan anak untuk belajar. Sebaliknya, jika kita sudah bisa menunjukkan contoh pada anak, anak akan belajar secara sukarela tanpa perlu dimarahi.

Baca Juga: Yuk, Kita Bisa Berhenti Menularkan Ketidaksukaan terhadap Matematika kepada Anak

Begitulah Bapak/Ibu, Matematika itu terstruktur, maka pembelajarannya perlu dilakukan secara menyenangkan dan bisa dinikmati anak. Di samping itu, memarahi anak hanya efektif untuk sesaat, sedangkan dampaknya akan berlangsung untuk jangka panjang. Anak bisa merasa trauma dan tidak mau belajar lagi. Semoga kita bisa konsisten menghadirkan vibrasi positif dalam ber-Matematika, ya.

Ingin mengenal beragam aktivitas menyenangkan dalam ber-Matematika bersama anak? Temukan dalam buku “Mahir Matematika: Solusi Praktis Ber-Matematika untuk Anak Usia Dini.”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *