Sebagai orang tua, kita mungkin sering bertanya bagaimana membuat anak paham konsep Matematika. Sejatinya, anak-anak mengembangkan kecerdasan Matematika sejak dini, bahkan sejak usia 0 tahun. Mereka memperkirakan jarak antara dirinya dengan mainan, menentukan persamaan dan perbedaan dari benda-benda di sekitarnya, serta meneliti identitas orang-orang yang ditemuinya. Tahapan ini disebut pra-Matematika, fase ketika anak melatih pemahaman konsep Matematika.
Pada dasarnya, pra-Matematika dapat dipelajari melalui kegiatan sehari-hari, bahkan seringkali kegiatan-kegiatan tersebut terasa “tidak seperti Matematika” dan terkesan main-main. Meski begitu, manfaatnya tidak main-main, lho. Apa saja yang dapat dilakukan agar fase ini berjalan optimal dan anak paham konsep Matematika? Simak penjelasannya berikut ini!
Menggunakan Material Konkret
Usia dini adalah masa-masa penyerapan, di mana setiap anak menyerap informasi dari lingkungan, dan yang bertugas untuk menerima informasi tersebut adalah panca indera. Anak mengetahui berat, ukuran, urutan, dan gradasi dengan mengalaminya langsung. Pengalaman yang melibatkan panca indera akan menanamkan konsep secara konkret.
Anak-anak adalah pribadi yang mengembangkan kecerdasan dengan cara memegang berbagai objek dan menangkap impresi-impresi dari lingkungan mereka. Penggunaan material konkret yang sesuai dengan usia perkembangan anak membantu mereka untuk merentangkan perhatiannya. Beberapa material konkret juga menghadirkan pemahaman tentang pola dan keterhubungan, misalnya pink tower, red rods, dan brown stairs.
Melibatkan Anak dalam Aktivitas Sehari-hari
Seorang anak akan memahami Matematika ketika dirinya sudah siap untuk memperhatikan, mengulang, dan mengingat. Cara melatih hal-hal tersebut pada anak usia dini bukanlah dengan pensil dan kertas, melainkan melalui kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dimulai bahkan sejak anak berusia 2,5 tahun.
Dengan menyapu, misalnya, anak belajar untuk melatih konsentrasi, berlatih keteraturan, estimasi dan presisi, serta mempertimbangkan jarak. Kegiatan lainnya yang bisa melibatkan anak adalah menyiram tanaman. Melalui kegiatan ini, anak belajar tentang urutan, pola, keterhubungan, dan estimasi. Semua itu adalah sifat Matematika yang perlu dimiliki oleh anak untuk memahami konsep Matematika.
Baca Juga: Menyapu di Rumah, Ternyata Bisa Melatih Kemahiran Anak Dalam Perkalian Lho
Menggunakan Gerakan yang Jelas dan Perlahan
Gerakan yang dilakukan orang dewasa saat mencontohkan beragam kegiatan sehari-hari merupakan ‘cetakan’ untuk diikuti oleh anak. Ketika kita mencontohkan gerakan yang tidak presisi, maka anak akan mengikutinya secara tidak presisi pula. Ketika kita mencontohkan gerakan dengan tergesa-gesa, maka anak akan menirunya juga.
Oleh karena itu, usahakan untuk selalu memberikan gerakan yang jelas dan dilakukan perlahan saat mempresentasikan sebuah material pada anak, serta sebisa mungkin tanpa ucapan yang tidak perlu agar anak bisa berkonsentrasi. Metode ini disebut SHOW (Slow hand, omit words). Inti dari SHOW adalah presentasi secara perlahan tapi tidak terlalu lambat, lakukan hanya gerakan yang diperlukan, dan berhati-hati dalam memilih kata-kata.
Matematika adalah bahasa untuk menyampaikan pemikiran manusia secara kuantitatif, sebuah penemuan manusia yang dirumuskan dalam simbol dan angka. Sudah saatnya anak kita memahami bahasa tersebut dengan cara menyenangkan.