3 Hal yang Sering Disalahartikan dari Pembelajaran Matematika Secara Multisensori

Matematika adalah ilmu yang sangat bermanfaat dalam kehidupan. Matematika mengajarkan kita untuk berpikir logis dalam menyelesaikan masalah sehari-hari. Di dalam Matematika juga terkandung berbagai nilai, misalnya pola, keterhubungan, bahkan kreativitas. Maka dari itu, pembelajaran Matematika perlu dimulai sedini mungkin.

Tentunya, cara pembelajaran yang diterapkan pada anak berbeda dengan orang dewasa. Sesuatu yang dianggap logis oleh orang dewasa dalam Matematika masih merupakan hal yang tidak masuk akal bagi anak-anak. Maka dari itu, anak-anak membutuhkan cara yang berbeda untuk belajar, salah satunya adalah dengan menggunakan metode multisensori.

Mengapa Harus Multisensori?

Bagi anak-anak usia dini hingga usia sekolah dasar, konsep Matematika yang abstrak masih sulit dimengerti, sebab anak-anak dalam usia itu memang belum memasuki tahap perkembangan operasional formal. Mereka hanya bisa menerapkan pemikirannya pada benda konkret. Itulah mengapa cara pembelajaran multisensori masih dibutuhkan hingga usia 12 tahun.

Metode multisensori adalah metode yang proses pembelajarannya menggunakan semua indera pada manusia, yaitu penglihatan, peraba, pendengaran, dan kinestetik. Pelibatan indera diadakan melalui material konkret. Cara belajar secara multisensori adalah penghubung antara pemikiran anak dengan realitas.

Baca Juga: Ini dia Material Multisensori yang Menghadirkan Matematika Usia Dini Secara Konkret

Meski demikian, ada sebagian orang yang masih belum yakin dengan pembelajaran Matematika secara multisensori. Ada beberapa hal yang masih sering disalahartikan dari metode multisensori. Tiga hal di bawah ini adalah beberapa di antaranya:

Tidak Perlu Repetisi

Pembelajaran Matematika secara multisensori bukan berarti meniadakan latihan. Latihan justru menjadi bagian dari pembelajaran. Setelah konsep dikuasai, anak tetap mengerjakan latihan yang direpetisi agar menjadi mahir. Repetisi adalah cara untuk mengembangkan konsep menjadi kesadaran kualitas.

Tidak Mempelajari Matematika Secara Abstrak

Pembelajaran Matematika multisensori tidak berhenti di pemahaman konsep melalui material konkret. Konsep yang telah diperkuat oleh latihan dan repetisi akan dikembangkan menjadi kemampuan berpikir secara abstrak.

Membuat Anak Ketergantungan dengan Alat Peraga

Saat anak sudah memahami konsep, ia akan secara alami meninggalkan alat peraga, sebab memori dari pengalaman konkretnya telah berubah menjadi mental order. Saat mental order sudah terbentuk, anak-anak bahkan akan bisa mendapatkan jawaban lebih cepat untuk beragam persoalan Matematika tanpa alat peraga lagi dan menjadi lebih fasih dalam Matematika sehari-hari.

Jadi, Bapak/Ibu tidak perlu khawatir, ya. Metode pembelajaran Matematika multisensori tidak hanya mempelajari konsep lalu meniadakan proses latihan. Cara belajar multisensori justru merupakan pintu masuk pertama bagi anak untuk mempelajari Matematika. Memulai Matematika dengan cara yang menyenangkan akan membuat anak menikmati proses pembelajaran seterusnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *