Bapak/Ibu mungkin sudah pernah mendengar tentang diskalkulia. Bagi Bapak/Ibu yang belum tahu tentang diskalkulia, diskalkulia adalah suatu kondisi gangguan belajar yang menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam memahami Matematika, termasuk simbol-simbolnya.
Pertanyaannya, apakah itu berarti anak dengan diskalkulia tidak bisa memahami Matematika selamanya? Jawabannya tentu bisa. Anak dengan diskalkulia bukan tidak bisa memahami Matematika, hanya saja mereka membutuhkan pendekatan belajar yang berbeda. Oleh karena itu, perlu strategi khusus untuk mengajarkan Matematika pada anak dengan diskalkulia. Simak penjelasannya berikut ini.
1. Lakukan Segmentasi
Strategi pertama yang dapat dilakukan adalah segmentasi, atau membagi konsep yang rumit ke dalam beberapa bagian konsep yang lebih sederhana. Misalnya, kita bisa mengajak anak untuk mengenal konsep perkalian secara konkret melalui kegiatan penjumlahan berulang, sehingga anak tidak perlu bingung menghafal perkalian.
2. Manfaatkan Material Konkret
Penggunaan material konkret akan menggerakkan kemampuan belajar kinestetik dan visual. Anak dapat merasakan langsung konsep-konsep Matematika dengan inderanya. Impresi besar-kecil, panjang-pendek, tebal-tipis, dan bentuk-bentuk geometri dapat tergambarkan dengan baik melalui material konkret.
Konsep-konsep seperti kalkulasi, pecahan, dan tingkatan bilangan pun lebih mudah dimengerti melalui pembelajaran dengan material konkret.
3. Fasilitasi Keingintahuan Anak
Alih-alih meminta anak untuk menghafal rumus, pastikan pertanyaan-pertanyaan ‘mengapa’ dari anak terjawab. Tunjukkan pada anak mengapa ‘2’ dinyatakan lebih besar dari ‘1’ dengan membandingkan jumlah kelereng, tunjukkan mengapa ‘4’ habis dibagi ‘2’ dengan membagikan empat buah jeruk kepada dua orang.
Baca Juga: Inilah Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika yang Humanis
4. Perbanyak Pengalaman Ber-Matematika Melalui Kegiatan Sehari-hari
Kegiatan sehari-hari adalah contoh penerapan Matematika dalam kehidupan nyata dan dapat menanamkan impresi baik tentang Matematika. Ada begitu banyak kegiatan sehari-hari yang sarat Matematika. Salah satu contoh kegiatan yang dapat dikerjakan bersama anak adalah memasak. Saat memasak, anak dapat melihat contoh nyata penerapan Matematika, dari mulai menimbang bahan, mengestimasi jumlah bahan, menghitung waktu masak, dan lain-lain.
5. Gunakan Pendekatan Matematika Majemuk
Kita perlu memahami bahwa anak dengan diskalkulia bukan tidak mampu belajar Matematika, mereka hanya mempelajari Matematika dengan cara berbeda. Maka dari itu, pembelajaran Matematika pada anak dengan diskalkulia perlu berbasis kemajemukan berpikir.
Matematika majemuk memberikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan jawabannya masing-masing tanpa takut merasa salah. Anak dengan diskalkulia mempunyai cara berpikir yang unik dan akan merasa menderita oleh ketunggalan.
Baca Juga: Mengapa Pembelajaran Matematika Harus Berbasis Kecerdasan Majemuk?
Diskalkulia bukanlah penyakit, sehingga tidak perlu disembuhkan. Yang dapat kita lakukan adalah memfasilitasi kebutuhan anak dengan diskalkulia agar kemampuan ber-Matematikanya dapat berkembang sehingga ia dapat menggunakan Matematika untuk kehidupannya kelak.