Beberapa orang mengenal Matematika sebagai pelajaran yang sulit. Apakah benar? Sebetulnya, banyak orang menganggap Matematika sulit karena membutuhkan ketekunan, dan ketekunan ini hanya dimiliki jika seseorang mencintai Matematika. Pertanyaannya, bagaimana agar seseorang bisa mencintai Matematika?
Kecintaan terhadap Matematika tidak diperoleh secara mudah, perlu ditumbuhkan sejak kecil. Hal ini sangat dipengaruhi oleh bagaimana anak mengenal Matematika. Jika anak mengenal Matematika yang memiliki citra positif, ia akan mencintai Matematika seterusnya. Lalu, bagaimana kita sebagai orang tua bisa membangun citra positif itu?
1. Orang Tua Harus Berdamai dengan Matematika
Mungkin ada di antara kita yang merasa tidak suka dengan Matematika. Tanpa kita sadari, perasaan tidak suka itu akan berpengaruh terhadap cara kita mengajarkan Matematika pada anak. Saat Bapak/Ibu merasa emosi, emosi itu akan menular ke anak-anak. Akibatnya, anak akan menanamkan kesan negatif mengenai Matematika seperti apa yang dipikirkan orang tua.
Sangat penting untuk berdamai dengan Matematika dimulai dari diri sendiri. Sebagai orang tua, kitalah yang perlu belajar terlebih dahulu sebelum mengajarkan Matematika kepada anak.
2. Buat Matematika Jadi Menyenangkan
Pelajaran yang menyenangkan dapat menjadi motivasi bagi anak untuk terus mau belajar dan menghindari ketakutan Matematika sejak awal, selain tentunya membangun kesan positif di mata anak.
Beragam cara bisa kita lakukan untuk membuat Matematika jadi menyenangkan, bisa melalui bercerita, tanya jawab, memeragakan penggunaan material, bermain-main dengan eksperimen, eksplorasi lingkungan, atau melalui kegiatan menyenangkan sehari-hari. Ini juga bermanfaat dalam membantu anak memahami konsep secara alami serta mendorong kepercayaan diri anak.
3. Pahami Bahwa Kecepatan Belajar Setiap Anak Berbeda
Memahami kecepatan belajar anak sangatlah penting. Ini bertujuan agar kita tidak membandingkan anak dengan temannya. Saat dibandingkan, anak akan cenderung merasa tidak mampu dan terus berpikir bahwa ia tidak bisa Matematika. Jika anak sudah berpikir demikian, akan sulit baginya untuk dapat mencintai Matematika.
4. Hargai Kemajemukan Berpikir Anak
Kita tidak bisa melupakan fakta bahwa subjek pembelajaran Matematika adalah anak-anak dengan pemikiran beragam. Maka dari itu, setiap anak pastilah memiliki cara berpikirnya sendiri, dan hal ini perlu diapresiasi. Matematika harus dihadirkan secara humanis, yaitu Matematika yang menghargai setiap jawaban anak. Jangan sampai Matematika justru menjadi penghambat kreativitas.
Ketika dihadirkan secara humanis, Matematika dapat membantu anak yang tertinggal dan mewadahi anak yang sudah mahir. Ini akan membuat anak berpandangan bahwa Matematika adalah pelajaran yang menghargai dirinya.
Baca Juga: Inilah Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika yang Humanis
Setiap anak memiliki potensi, tinggal bagaimana cara kita menghadirkan Matematika di hadapan anak. Jika disampaikan dengan baik, dibawakan dengan menyenangkan, dan anak dihargai sebagai subjek yang memiliki keunikan berpikir masing-masing, maka Matematika akan dipandang positif oleh anak dan dengan sendirinya ia akan mencintai Matematika.
Saat anak sudah mencintai Matematika, pastilah ia akan menikmati proses pembelajarannya dan bisa mendapatkan manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari.