Sejak dini, anak perlu dikenalkan dengan Matematika. Masa usia dini adalah masa ketika pemikiran penyerap anak masih kuat, semua informasi dari lingkungan sekitarnya dapat diserap dengan sangat mudah. Penguasaan konsep Matematika sejak dini akan membentuk kecerdasan Matematika-nya kelak.
Pertanyaannya, bagaimanakah cara yang tepat untuk mengenalkan Matematika pada anak? Apakah boleh mengajarkan Matematika secara hafalan dengan tujuan agar anak cepat pandai ber-Matematika?
Tahap Pembentukan Kemampuan Kognitif
Sebelum menjawab apakah anak boleh mempelajari Matematika melalui hafalan, ada baiknya kita melihat pendapat ahli. Menurut Jerome Bruner, tahap pembentukan kemampuan kognitif anak saat belajar hal baru berjalan dengan urutan sebagai berikut:
- Enactive representation. Pemahaman didapatkan melalui aktivitas motorik, seperti menyentuh, memegang, memindahkan, dan lain sebagainya. Tahapan ini membutuhkan material konkret.
- Iconic representation. Pada tahap ini, seorang anak memahami lingkungan sekitarnya melalui gambar dan visualisasi verbal. Gambar dan diagram dapat digunakan untuk mendukung penjelasan verbal.
- Symbolic representation. Tahap ini sudah melibatkan simbol-simbol bahasa dan matematika. Menghafal sudah dapat dilakukan di sini. Namun, bukan berarti anak sudah tidak mengalami fase enactive dan iconic representation.
Kita dapat melihat bahwa hafalan menempati urutan terakhir, itu karena hafalan melibatkan simbol-simbol. Lantas, apakah ada dampak yang dapat ditimbulkan jika kita melewatkan tahapan enactive dan iconic representation saat mengenalkan Matematika pada anak?
Apa yang Terjadi Jika Matematika Hanya Dikuasai dengan Menghafal?
1. Kesulitan Memahami Konsep
Konsep didapatkan melalui benda konkret. Seorang anak bisa saja diminta menghafal angka dari 1-10, tapi dengan cara seperti itu, ia tidak akan memahami bahwa jumlah 1-10 itu membentuk suatu gradasi yang teratur, atau anak akan kesulitan memahami bahwa 10 adalah 5 yang digandakan sama persis.
Baca Juga: Bagaimana Agar Anak Usia Dini Paham Konsep Matematika?
2. Bisa Menghafal Rumus, tapi Bingung Kapan Harus Memakainya
Pembelajaran Matematika yang dilakukan melalui hafalan mungkin akan membuat anak pandai mengingat berbagai rumus. Namun, pandai mengingat rumus saja tidak menjamin anak memahami kapan rumus-rumus tersebut dipakai untuk menyelesaikan soal-soal matematika. Pola pikir Matematika dan kemampuan bernalar lebih dibutuhkan dalam menyelesaikan persoalan matematis. Hal tersebut tidak dibentuk melalui hafalan rumus, melainkan melalui penguatan konsep.
3. Anak Tidak Bisa Merasakan Matematika Kontekstual
Hafalan mungkin dapat membuat anak bisa berhitung secara cepat, sedangkan permasalahan sehari-hari tidak selalu membutuhkan hitungan cepat. Permasalahan sehari-hari bersifat kontekstual dan mungkin membutuhkan lebih dari satu konsep Matematika untuk memecahkannya. Logika berpikir, kemampuan mengestimasi dan problem solving, serta ketekunan dalam mengatasi masalah adalah sekian dari banyak aspek Matematika yang tidak dapat dipelajari melalui hafalan.
Kesimpulannya, ternyata ada dampak yang bisa dirasakan anak jika belajar Matematika hanya dengan menghafal. Matematika bukan sebatas hafalan yang bisa segera dikuasai anak. Berilah anak kesempatan memahami konsep Matematika terlebih dahulu sebelum ia belajar menghafal. Dengan begitu, ia akan memahami manfaat Matematika untuk kehidupan.
Baca Juga: Tingkatkan Efektivitas Pembelajaran Matematika dengan 4 Tips Berikut Ini